Cerita Sarada Belajar Chidori ! Berhasil Kalahkan Boro & Cho-Cho

Table of Contents

Setelah Tim 7, yang terdiri dari Sarada, Mitsuki, dan Boruto, dikalahkan oleh Deepa di Negeri Sunyi, Sarada dan Boruto harus dirawat di rumah sakit Konoha akibat luka parah yang mereka derita. Kekalahan tersebut tidak hanya melukai fisik mereka, tetapi juga meninggalkan beban emosional mendalam bagi Tim 7, membuat mereka merasa lemah dan tidak cukup kuat untuk menghadapi ancaman seperti Deepa.

Boruto dan Sarada merasa bersalah karena telah merepotkan Mitsuki, yang berjuang keras menyelamatkan mereka dari Deepa hingga akhirnya Mitsuki mengalami kondisi kritis dan membutuhkan perawatan khusus dari Orochimaru.

Pertarungan melawan Deepa membuka mata Sarada bahwa kemampuannya masih jauh dari cukup untuk menghadapi musuh sekelas itu. Dengan tekad yang kuat, Sarada memutuskan untuk berlatih dan memperkuat dirinya. Ia ingin menjadi lebih tangguh agar bisa melindungi rekan-rekannya dan tidak lagi menjadi beban dalam tim.

Berikut adalah cerita bagaimana Sarada belajar Chidori hingga akhirnya mampu mengalahkan Boro dan menghadapi Cho-Cho.

1. Sasuke Tolak Mengajari Sarada Chidori

Sasuke menolak mengajarkan Jutsu Chidori kepada Sarada karena menilai bahwa Sarada belum memenuhi persyaratan utama untuk mempelajari teknik tersebut. Menurut Sasuke, syarat utama untuk mempelajari Chidori adalah memiliki 2 Tomoe Sharingan, sedangkan Sarada saat itu hanya memiliki 1 Tomoe pada Sharingannya.

Untuk menjelaskan alasannya, Sasuke meminta Sarada memperhatikan serangan tangannya. Sasuke lalu menyuruh Sarada mencoba menusukkan kelima ujung jarinya ke arahnya. Dengan mudah, Sasuke menghindari serangan itu dan dalam sekejap sudah berada di belakang Sarada. Ketika Sarada membalikkan badan untuk menghadapi Sasuke lagi, Sasuke melancarkan serangan tusukan balasan yang membuat Sarada kesulitan mengantisipasinya.

Sasuke menjelaskan bahwa Jutsu Chidori memiliki efek penglihatan teropong, yang membuat pandangan pengguna hanya terfokus pada satu titik di depan, seperti melihat melalui ujung teropong. Akibatnya, penglihatan sekeliling menjadi buram, membuat pengguna rentan terkena serangan balik dari lawan. Karena itulah, Sasuke mewajibkan Sarada memiliki 2 Tomoe pada Sharingannya, yang memberikan ketajaman visual kinetik lebih baik untuk membaca pergerakan lawan.

Selain itu, Sasuke menekankan bahwa Chidori adalah teknik yang harus digunakan dari jarak dekat dan harus melukai lawan dalam satu serangan. Oleh karena itu, pengguna Chidori membutuhkan keterampilan tinggi untuk mengantisipasi serangan balasan. Sayangnya, Tomoe pada Sharingan tidak dapat dibangkitkan melalui latihan biasa. Tomoe hanya akan bangkit dalam situasi ekstrem yang memicu emosi mendalam.

Untuk membantu Sarada meningkatkan kemampuannya, Sasuke menyarankan Sarada berlatih memaksimalkan penggunaan Sharingan Tomoe 1. Sarada pun berlatih menghindari serangan rentetan peluru besi dan Kunai. Tidak hanya itu, Sakura juga ikut membantu melatih Sarada dalam mengontrol Chakra, mengingat penggunaan Sharingan sangat menguras stamina. Sarada perlu menguasai kontrol Chakra agar bisa mempertahankan mata Sharingannya lebih lama.

Selanjutnya, ketika Tim 7, yang terdiri dari Boruto, Mitsuki, dan Sarada, kembali bertarung melawan Deepa di markas Victor, Sarada menunjukkan perkembangan signifikan. Saat Deepa membidikkan peluru balok ke arah Boruto yang sedang terjatuh, Sarada maju melindungi Boruto dan menghancurkan serangan Deepa. Tekad kuat Sarada untuk tidak kalah lagi dari Deepa, ditambah dengan impiannya menjadi Hokage, akhirnya memicu kebangkitan 2 Tomoe pada Sharingan miliknya.

2. Sarada Berlatih Chidori Besama Sasuke

Saat Sarada, Mitsuki, Himawari, dan Kawaki menyaksikan Naruto menemani Boruto berlatih Taijutsu dan kekuatan Karma, Sarada merasa kagum dengan kehebatan Boruto dalam pertarungan melawan ayahnya. Bahkan, Naruto, Hokage Ketujuh yang sangat dikagumi Sarada, memberikan pujian atas perkembangan kekuatan Boruto. Hal ini membuat Sarada semakin termotivasi untuk berlatih agar tidak tertinggal dari Boruto.

Kebetulan, Sasuke sedang berada di Konoha, dan Sarada tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan ini. Ia meminta Sasuke untuk mengajarinya Jutsu Chidori. Karena Sharingan Sarada sudah memiliki dua Tomoe, Sasuke setuju untuk melatihnya. Keesokan harinya, Sasuke membawa Sarada ke sebuah pegunungan dengan air terjun deras sebagai lokasi latihan mereka.

Sasuke menjelaskan bahwa Chidori adalah Jutsu yang diwariskan oleh Hokage Keenam, Kakashi, kepada dirinya. Ia juga menjelaskan bahwa kekuatan utama Chidori terletak pada kombinasi kecepatan serangan dan besarnya Chakra yang digunakan. Perpaduan ini menghasilkan suara khas yang menyerupai kicauan burung.

Untuk menunjukkan kekuatan Chidori, Sasuke menyerangkannya ke air terjun, hingga aliran deras air terbelah dan terhenti sesaat. Sarada mencoba meniru serangan tersebut, tetapi hasilnya jauh berbeda. Kekuatan Chidori yang dihasilkan Sarada masih terlalu lemah dan tidak mampu menembus derasnya aliran air terjun.

Sayangnya, Sasuke tidak dapat mendampingi Sarada hingga ia sepenuhnya menguasai Chidori. Seekor burung elang peliharaan Sasuke tiba-tiba datang membawa surat dari Sai, berisi panggilan mendesak yang meminta Sasuke segera menemui Hokage untuk menjalankan misi penting.

Dengan terpaksa, Sarada harus melanjutkan latihannya sendiri. Meskipun tanpa bimbingan Sasuke, Sarada menunjukkan perkembangan. Ia berhasil membuat Chidori-nya sedikit menembus aliran air terjun. Namun, kekuatan serangannya masih jauh dari sempurna. Sarada tahu perjalanan menguasai Jutsu Chidori masih panjang, tetapi ia bertekad untuk terus berlatih.

3. Chidori Sarada Hancurkan Inti Boro Anggota Inner Kara

Dalam pertarungan sengit di dimensi lain, Tim 7—yang terdiri dari Boruto, Mitsuki, Kawaki, dan Sarada—berhadapan dengan Boro, anggota Inner Kara. Ketika Kawaki, Mitsuki, dan Boruto sibuk menyerang Boro secara bersamaan, Sarada diberi tugas penting: menemukan letak inti yang tersembunyi di dalam tubuh Boro. Hal ini menjadi kunci karena serangan apa pun yang menghancurkan tubuh Boro terbukti tidak efektif, sebab Boro terus-menerus meregenerasi tubuhnya dengan sangat cepat.

Satu-satunya cara untuk mengalahkan Boro adalah menghancurkan inti atau senjata sains ninja modern yang ditanamkan oleh Amado di dalam tubuhnya. Tanpa menghancurkan inti tersebut, kemampuan regenerasi Boro tidak akan bisa dihentikan, meskipun Tim 7 memiliki cadangan chakra tanpa batas sekalipun.

Berkat kemampuan Sharingan milik Sarada, ia dengan cermat mengamati pergerakan dalam tubuh Boro. Akhirnya, Sarada menyadari bahwa Boro memindahkan intinya ke lokasi lain, terlihat dari adanya pergerakan yang tidak wajar pada otot tubuh Boro. Setelah berhasil menemukan posisi inti tersebut, Sarada memilih untuk tidak memberitahu Kawaki, Mitsuki, dan Boruto, khawatir Boro akan kembali memindahkan intinya ke tempat lain.

Meskipun Sarada masih dalam tahap latihan menguasai Chidori, ia memutuskan untuk menggunakannya dalam pertarungan sungguhan melawan Boro. Saat Boro sedang fokus menyerang Boruto, Sarada memanfaatkan momen tersebut untuk maju dengan Chidori. Boruto, yang menyadari rencana Sarada, mengalihkan perhatian Boro dengan bom asap dan Kieru Rasengan, yang berhasil menghancurkan salah satu tangan Boro. Boruto kemudian melakukan salto ke udara untuk membuka jalan bagi Sarada.

Dengan keberanian dan ketepatan, Sarada melancarkan serangan Chidori pertamanya. Serangan tersebut berhasil memberi kerusakan fatal pada tubuh Boro, dan Sarada berhasil mengeluarkan inti dari dalam tubuh Boro. Tanpa ragu, Sarada menghancurkan inti tersebut dengan menghancurkannya hingga remuk, membuat Boro kehilangan kemampuan regenerasinya.

Setelah kembali ke Konoha, Tim 7 berkumpul di rumah sakit bersama Shikamaru, Sai, Naruto, dan Sasuke untuk membahas organisasi Kara. Dalam pertemuan tersebut, Boruto menceritakan detail pertarungan melawan Boro, termasuk bagaimana Sarada berhasil mengalahkannya dengan Chidori. Sasuke tampak terkejut mengetahui bahwa Sarada sudah mampu menguasai Chidori, meskipun ia tidak sempat membimbing Sarada hingga selesai.

Keberanian dan ketangkasan Sarada dalam menguasai Chidori di tengah situasi genting memang patut diacungi jempol. Ini menjadi bukti nyata bahwa Sarada semakin dekat dengan impiannya untuk menjadi Hokage.

4. Chidori Sarada Kalahkan Super Cho-Cho Butterfly Mode

Ketika Desa Konoha mengadakan Ujian Chūnin, pertandingan babak akhir mempertemukan Uchiha Sarada dengan Akimichi Cho-Cho dalam duel satu lawan satu. Meski Sarada dan Cho-Cho adalah sahabat dekat, mereka telah sepakat untuk bertarung dengan sungguh-sungguh demi meraih gelar Chūnin.

Di tengah pertarungan, Sarada melancarkan serangan Raiton: Raikyū yang berhasil menghempaskan tubuh Cho-Cho. Namun, Sarada merasa bersalah telah menyakiti sahabatnya, sehingga ia meminta maaf dan bertanya apakah Cho-Cho baik-baik saja. Tindakan ini justru membuat Cho-Cho marah, karena ia merasa diremehkan dan menganggap Sarada tidak serius bertarung. Sebagai balasan, Cho-Cho melancarkan tinjuan keras yang membuat tubuh Sarada terlempar.

Tidak ingin memperkeruh suasana, Sarada kembali meminta maaf kepada Cho-Cho atas sikapnya yang dianggap tidak pantas. Setelah itu, keduanya memutuskan untuk melanjutkan pertarungan dengan sungguh-sungguh. Sarada dan Cho-Cho saling melancarkan teknik terbaik mereka, bahkan sambil saling mengakui kehebatan satu sama lain.

Pada puncak pertarungan, Sarada dan Cho-Cho sepakat untuk mengakhirinya dengan masing-masing mengeluarkan serangan pamungkas. Sarada mempersiapkan Jutsu Chidori, sementara Cho-Cho mengubah wujudnya menjadi Super Cho-Cho Butterfly Mode. Bentrokan dua kekuatan besar pun tak terelakkan: Chidori milik Sarada yang diperkuat dengan energi Shannaro berhadapan dengan tinjuan Super Cho-Cho Butterfly Mode.

Hasilnya, Jutsu Chidori Sarada berhasil mengalahkan kekuatan luar biasa dari Super Cho-Cho Butterfly Mode, memastikan kemenangan Sarada di pertarungan ini. Meskipun keduanya bertarung dengan serius, hubungan persahabatan antara Sarada dan Cho-Cho tetap terjaga. Kemenangan ini menjadi bukti bahwa Sarada telah berkembang menjadi seorang shinobi yang tangguh dan layak menjadi Chūnin.

Post a Comment