Nonton Dandadan Season 1 Episode 11 Review
Nonton Dandadan Season 1 Episode 11 Review
1. Penyebab Jiji Menginap
Di meja makan, Momo menemani Jiji yang sedang menyantap hidangan seorang diri karena datang terlalu malam, sementara Seiko tampak bersantai di dekat meja sambil menonton televisi.
Momo pun bertanya, “Kenapa Jiji harus tinggal di rumah nenek?”
Seiko menjawab, “Kedua orang tua Jiji sedang dirawat di rumah sakit.”
Usai makan malam, saat Momo dan Jiji mencuci piring bersama, Jiji mengungkapkan bahwa ia menyesal pernah mengolok-olok Momo saat kecil karena sering melantunkan mantra ajaran neneknya setiap pergi ke sekolah. Ia lalu memberitahu Momo bahwa kini dirinya bisa melihat hantu.
Jiji juga mengingatkan bahwa mereka berpisah sejak SMP, ketika ia pindah rumah ke daerah pedalaman di pegunungan. Ia menunjukkan foto pemandangan alam di sekitar rumah barunya lewat ponsel, dan mengatakan bahwa ia menyukai suasana di sana—terlebih rumahnya besar dan terlihat indah.
“Meskipun awalnya aku sangat bersemangat tinggal di sana,” ucap Jiji, “lama-kelamaan aku mulai merasakan sesuatu yang aneh.”
2. Ada Kutukan Di Rumah Jiji
Jiji memberitahu Momo bahwa kedua orang tuanya tidak mau mendengarkan cerita tentang keanehan yang ia alami dirumah. Awalnya, Jiji mengira semua itu hanya perasaannya saja dan mencoba mengabaikannya. Namun, sosok hantu tersebut justru menampakkan wujudnya di sebuah ruangan, dikelilingi aura berwarna ungu.
Sejak kejadian itu, Jiji terus-menerus melihat hantu tersebut muncul kembali, dan kondisi kesehatan kedua orang tuanya pun memburuk setelahnya.
Jiji mengaku telah menyewa pengusir roh yang terkenal sakti untuk memberantas hantu itu. Namun, tiga dari lima pengusir roh yang ia sewa justru mengakhiri hidup mereka sendiri. Bahkan seorang pengusir roh veteran pun tak mampu menyingkirkan hantu yang menghantui rumahnya.
Akhirnya, Jiji memutuskan mengikuti saran terakhir yang ia terima—menyewa Seiko.
Momo tersenyum dan berkata, “Itu keputusan yang tepat. Nenekku memang kuat.”
3. Seiko Beri Tugas Ke Momo
Sembari menonton televisi, Seiko yang mendengar percakapan Momo dan Jiji saat mencuci piring di belakangnya, kemudian mengaku tidak bisa membantu Jiji. Ia menjelaskan bahwa kekuatannya hanya bisa digunakan di wilayah kota Kamigoe. Seiko pun memberitahu Jiji bahwa urusan tersebut sepenuhnya akan diserahkan kepada Momo.
Seiko meminta Momo untuk berpikir: Jiji yang sebelumnya tidak bisa melihat hantu, kini tiba-tiba bisa. Ada kemungkinan hal itu berkaitan dengan biji sosis milik Okarun.
Sebagai imbalan, Seiko berjanji akan membelikan seragam sekolah sebanyak yang Momo mau, asalkan Momo bersedia mengambil pekerjaan menghancurkan kutukan di rumah Jiji.
4. Jiji Murid Baru
Di sekolah, Jiji memperkenalkan dirinya sebagai murid pindahan di depan kelas. Penampilannya membuat banyak siswi terpesona, sementara para siswa pria merasa kesal. Pak Budi kemudian menyuruh Jiji duduk di kursi sebelah Momo karena tahu mereka adalah kerabat.
Dua sahabat Momo, Miko dan Muko, langsung luluh setelah Jiji memuji mereka sebagai dua wanita yang cantik.
Miko pun bertanya kepada Momo siapa sebenarnya Jiji. Momo menjawab bahwa Jiji adalah teman masa kecilnya saat SD.
Tak lama, Jiji memberitahu seluruh kelas bahwa ia kini tinggal serumah dengan Momo, membuat seluruh kelas heboh. Momo terkejut dan segera meminta Jiji berhenti bicara karena khawatir akan muncul gosip yang aneh. Namun, dengan gaya tengilnya, Jiji justru mengatakan bahwa Momo adalah kekasihnya dan hubungan mereka telah direstui oleh kedua orang tua.
Muko langsung menyela, meminta Jiji berhenti bicara karena Momo sudah menjadi milik Okarun.
5. Okarun Cemburu
Di kelas, Okarun tidak fokus menyimak pelajaran dari guru bahasa Inggris yang sedang menjelaskan bahwa jealous adalah adjective atau kata sifat. Dalam benaknya, Okarun bertanya-tanya apakah Momo masih menyukai Jiji, atau bahkan apakah mereka berdua masih saling menyimpan perasaan.
Okarun mulai menganalisis—jika Jiji dan Momo berpacaran lagi, mungkinkah Momo akan berhenti berteman dengannya? Mungkin Momo akan mulai menyukai hal-hal yang disukai Jiji, lalu perlahan kehilangan minat terhadap okultisme, topik yang biasa Okarun dan Momo bicarakan saat jam istirahat.
6. Kebersamaan Jiji & Momo
Jam istirahat, Okarun berlatih push-up di taman sekolah untuk membuang semua pikiran negatifnya. Momo kemudian menghampirinya. Ia mengaku ingin menyantap bekal sambil mengawasi apakah Okarun akan berbuat aneh lagi dengan Aira atau tidak. Melihat kedua tangan Okarun sedang sibuk mengangkat barbel, Momo menawarinya untuk disuapi makan.
Namun, Jiji tiba-tiba muncul dan menghampiri Momo. Ia mengenali Okarun sebagai teman Momo yang dilihatnya di rumah Momo tadi malam. Jiji lalu memberikan minuman favorit Momo—Pompy rasa yoghurt. Momo tampak gembira karena terakhir kali ia meminumnya saat SD, dan ia tak menyangka Jiji masih mengingatnya.
Okarun tak kuasa melihat keakraban Jiji dan Momo tepat di depan matanya. Ia memalingkan tubuh dan melangkah pergi, meninggalkan mereka yang asyik mengobrol, tanpa disadari oleh Momo maupun Jiji. Dalam hati, Okarun berjanji untuk berhenti menemui Momo—demi kebaikan mereka berdua.
7. Taro
Tiba-tiba terdengar suara teriakan, “Mana mungkin aku menyerah!” yang diucapkan oleh boneka anatomi manusia bernama Taro, yang tengah berlari kencang. Okarun terkejut melihat Taro muncul di depannya. Ia pun ikut berlari sambil dikejar, hingga akhirnya Taro mendorong Okarun yang menghalangi jalannya.
Momo dan Jiji terkejut melihat boneka anatomi yang bisa hidup dan berbicara. Dengan sigap, Jiji menangkap tubuh Momo agar tidak tertabrak Taro, dan mereka berdua terjatuh ke tanah. Taro melompati mereka yang berada di hadapannya. Saat itu, Momo sempat melihat bagian selangkangan Taro dan berteriak kepada Okarun bahwa ada “biji emas” di sana.
Momo segera memanjangkan tangan auranya untuk menangkap tubuh Taro. Namun, Taro berlari makin kencang, dan karena Jiji masih memeluk Momo, keduanya ikut terangkat dan melayang ke udara, terbawa oleh setiap langkah lari Taro yang makin cepat.
8. Okarun vs Taro
Di depan gerbang sekolah, Okarun bertransformasi dan bersiap mengejar Taro yang sedang menyeret Momo dan Jiji melayang di udara. Meski awalnya tertinggal jauh, Okarun akhirnya berhasil melaju kencang, berlari mendahului Taro di jalanan yang ramai lalu lintas.
Taro meningkatkan kecepatan larinya, membuat Momo dan Jiji melayang tak menentu ke berbagai arah. Ketika mereka nyaris tertabrak sebuah bus, Okarun bergerak cepat, menangkap tangan Momo dan menariknya untuk menyelamatkannya dari tabrakan. Ia kemudian melompat ke atap rumah, menggendong Momo dan Jiji di punggungnya, lalu kembali mengejar Taro yang terus berlari sambil melompati atap-atap bangunan.
Momo akhirnya berhasil melancarkan tangan auranya dan menangkap tubuh Taro. Sambil digendong di punggung Okarun, Momo menjadi poros dan berusaha sekuat tenaga menarik tubuh Taro, seperti sedang bermain tarik tambang. Ia dibantu oleh Jiji yang memegangi tubuh Momo dari belakang untuk menjaga keseimbangan sekaligus membantu menariknya.
Namun, Taro mencengkeram tiang listrik dengan kuat agar tidak tertarik. Akibatnya, tubuhnya tercerai-berai dan berhamburan ke jalan, membuat tangan aura Momo terlepas. Momo, Okarun, dan Jiji pun terkejut. Namun, tubuh Taro yang sempat terpisah itu segera tersusun kembali dalam sekejap. Taro pun kembali berlari dengan kecepatan tinggi, meninggalkan ketiganya yang masih berada di atas atap.
9. Cara Lacak Taro
Setelah berlari cukup jauh tanpa menemukan jejak Taro, Okarun, Momo, dan Jiji akhirnya berhenti di sebuah tempat. Momo kemudian memukulkan tinjunya ke telapak tangannya, dan tiba-tiba terdengar suara teriakan dari arah tertentu. Momo segera menyuruh Okarun dan Jiji mengikutinya ke sumber suara tersebut.
Mereka bertiga memasuki area pembuangan barang rongsokan, dan di sana mereka menemukan Taro sedang terjatuh dalam posisi tengkurap, menahan rasa sakit.
Okarun heran, bagaimana Momo bisa tahu secara akurat ke mana arah Taro pergi. Momo tertawa, lalu mengungkapkan bahwa saat tubuh Taro tercerai-berai, ia berhasil menangkap jantungnya. Itulah sebabnya saat Momo menggenggam jantung tersebut dan memukulnya ke telapak tangannya, Taro bisa langsung merasakan sakit dan berteriak.
Momo lalu berkata bahwa ia akan mengembalikan jantung Taro asalkan Taro tidak kabur lagi. Namun, ia meminta Taro untuk memperlihatkan “biji emas” di selangkangannya, karena mungkin saja itu adalah biji sosis milik Okarun.
10. Taro & Hana
Tiba-tiba terdengar suara wanita dari balik tumpukan barang rongsokan. “Taro, apa itu suaramu?” Taro terkejut, lalu bangkit berdiri dan berjalan menaiki tumpukan rongsokan sambil berseru, “Hana, kamu di mana?”
Taro pun menggali tumpukan barang rongsokan dan akhirnya menemukan tubuh boneka anatomi wanita tanpa tangan dan kaki yang bernama Hana.
Sambil menggendong Hana dengan kedua tangannya, Hana bertanya, “Mengapa kamu membahayakan dirimu datang ke sini?”
Taro menjawab dengan mantap, “Karena aku mencintaimu!”
Hana, Okarun, dan Jiji tercengang menyaksikan adegan dramatis nan romantis itu di hadapan mereka.
Taro lalu mengatakan bahwa sejak bertemu Hana, hidupnya berubah. Dunia yang dulu kelabu kini penuh warna. Namun, Hana menolak, karena menurutnya mereka adalah boneka yang diproduksi di tahun yang berbeda, dan dunia mereka pun terlalu jauh berbeda. Hana menyebut bahwa tugasnya sudah selesai, dan menyuruh Taro pergi sebelum ia ikut terbuang menjadi sampah rongsokan.
Namun, Taro bersikeras. Ia mengatakan bahwa jika ia tidak melakukan apa-apa sekarang, maka ia akan menyesal seumur hidup. Ia mengaku tidak akan melepaskan Hana, dan mengajaknya kabur bersama.
Okarun yang mendengar itu tercengang dan merinding, seolah kalimat Taro adalah jawaban atas masalah yang sedang ia hadapi.
Post a Comment