Nonton Dandadan Season 1 Episode 12 Review
Nonton Dandadan Season 1 Episode 12 Review
1. Jiji Terkesan
Okarun, Momo, dan Jiji membawa Hana ke rumah Seiko. Mereka bertiga bersujud di depan kaki Seiko, memohon agar Hana diizinkan tinggal di rumah tersebut. Meski awalnya enggan, Seiko akhirnya setuju menerima Hana.
Momo juga memberitahu bahwa Taro telah kembali ke ruang IPA di sekolah dan hanya akan keluar setiap malam untuk mengunjungi Hana.
Seiko kemudian bertanya soal "biji emas" milik Taro. Momo menjawab bahwa itu hanyalah bola hiasan Natal yang terpasang di selangkangan Taro. Setelah itu, Seiko bersiap menyiapkan makanan dan menyuruh Momo menyiapkan meja makan.
Jiji memuji Momo karena memiliki kekuatan esper yang hebat, dan kini ia paham mengapa Seiko menugaskan Momo untuk membersihkan kutukan di rumahnya. Jiji juga memuji wujud transformasi Okarun yang menurutnya sangat keren. Ia bahkan berandai-andai bisa memiliki kekuatan super juga.
2. Berebut Perhatian
Ketika Jiji hendak membantu Momo mengangkat meja makan, ia mengambil sehelai debu dari rambut Momo, membuat Momo tersipu. Tak tahan melihat keakraban mereka, Okarun langsung bergerak cepat dan berpura-pura mengambil debu yang sebenarnya tidak ada dari rambut Momo.
Momo pun bertanya, “Okarun, kenapa?” Okarun menjawab dengan tegas bahwa ia tidak akan mundur dan telah memutuskan untuk bertarung. “Bertarung melawan apa?” tanya Momo bingung.
Okarun mengambil meja makan dari tangan Momo dan meletakkannya di lantai. Sambil bersenandung lagu opening anime Slam Dunk, ia mulai bernyanyi, “Mataku hanya tertuju padamu... hingga saat ini sejak kita pertama bertemu.”
Jiji lalu ikut bernyanyi, “Aku ingin teriak, aku mencintaimu...”
Keduanya menari sambil mengelilingi Momo yang hanya bisa berdiri keheranan melihat aksi mereka.
Seiko kemudian mengingatkan, “Momo, akhir pekan ini kamu akan menginap di rumah Jiji, ingat, ya.”Momo menjawab bahwa ia juga berencana mengajak Okarun untuk membantu membersihkan kutukan di rumah Jiji—penyebab Jiji terpaksa tinggal di rumahnya sekarang. Okarun langsung bersemangat, “Ayo! Segera kita bereskan kutukannya agar Jiji bisa pulang ke rumahnya!”
3. Kegigihan Taro
Malam hari di sekolah, Taro berlari kencang melintasi lorong, membuat empat murid yang sedang uji nyali histeris ketakutan. Ia menabrak kaca jendela dan terjun ke jalanan. Dengan semangat membara untuk bertemu Hana, Taro terus berlari secepat mungkin—namun sebuah truk menabraknya, hingga tubuhnya tercerai-berai dan berhamburan.
Di pekarangan rumah, Momo menemani Hana. Momo menguap, mengeluhkan bahwa waktu sudah hampir menunjukkan pukul empat dini hari, tapi Taro belum juga datang. Saat pagi tiba, Taro akhirnya muncul dan langsung memeluk Hana dari belakang. Hana pun berkata, "Aku mencintaimu, Taro."
Momo yang tertidur di pekarangan rumah terbangun dan langsung menyaksikan momen keduanya berpelukan. Ia mengeluh, “Kenapa sih kalian nggak bangunin aku saat Taro datang?”
Sementara itu, Jiji masih terjaga sejak malam. Ia duduk bermeditasi karena sulit tidur, dan perasaannya mengatakan bahwa kehadiran hantu di rumah itu adalah penyebab utamanya.
4. Perjalanan Kereta
Dalam perjalanan kereta menuju rumah Jiji, Okarun tak tahan melihat Momo dan Jiji yang duduk berdua di depannya, tampak sangat akrab mengobrol. Ia pun tiba-tiba berbicara lantang, “Aku akan bercerita tentang Tsuchinoko!” Jiji dan Momo langsung antusias ingin mendengarnya.
Jiji bercerita bahwa di desanya ada kuil yang telah berdiri selama 200 tahun dan menyembah ular besar. Nama kuil itu adalah Kuil Tsuchinoko. Momo yang tertarik langsung meminta agar diajak ke sana.
Okarun kemudian membuka lembaran bukunya dan menjelaskan bahwa di Jepang juga terdapat kuil yang menyembah mumi Kappa. Bahkan, kuil yang menyembah Huma pun bukanlah hal yang langka. Jiji tampak sangat tertarik. Ia mengambil buku dari tangan Okarun, lalu berkata bahwa dirinya tak menyangka Kappa benar-benar ada.
Jiji juga mengaku percaya pada keberadaan Nessie. Okarun lalu memberitahu bahwa foto Nessie yang terkenal itu sebenarnya telah terbukti sebagai hasil rekayasa. Namun, Okarun sendiri pernah melihat Nessie sungguhan saat bertarung melawan alien Serpu—karena alien itu pernah membawanya ke Bumi. Jiji antusias dan berkata bahwa ia ingin sekali melihat Nessie secara langsung.
Okarun pun terkesima—ini adalah pertama kalinya ia bisa mengobrol dengan begitu akrab bersama seseorang selain Momo. Jiji memuji pengetahuan Okarun yang luas dan mengajaknya berteman baik, seperti halnya Okarun berteman dengan Momo.
5. Sosok Misterius Mengintai
Okarun, Jiji, dan Momo tiba di kota tempat tinggal Jiji. Momo terkejut karena kota itu dipenuhi tempat wisata pemandian air panas, dan Jiji menjelaskan bahwa hal tersebut ada hubungannya dengan pekerjaan ayahnya. Ia bercerita bahwa sang ayah, yang merupakan seorang dosen, meneliti gunung berapi di kampus yang terletak dekat daerah tersebut. Gunung berapi itu pernah meletus sekitar 200 tahun lalu, namun sejak saat itu tetap dalam kondisi aman.
Saat mereka bertiga melintas, beberapa bibi tua penjaga toko memperhatikan mereka dari kejauhan.
Jiji kemudian mengajak Okarun dan Momo menaiki tangga panjang sebanyak tiga kali berturut-turut untuk sampai ke rumahnya, karena kota itu memang berada di daerah pegunungan. Sesampainya di halaman rumah Jiji, Momo dan Okarun langsung roboh kelelahan dan kehabisan stamina.
Jiji lalu bertanya kepada Momo apakah ia merasakan atau melihat aura aneh di rumahnya. Momo, yang terengah-engah, justru memuji stamina Jiji yang masih terlihat santai. Momo juga menjawab bahwa sejauh ini tidak ada aura aneh di sekitar rumah Jiji. Momo mengaku sangat haus dan ingin segera beristirahat. Jiji pun segera membuka pintu rumahnya.
Sementara itu, di balik pepohonan depan rumah, tampak sekelompok bibi dan paman tua diam-diam berkumpul. Mereka memperhatikan Momo, Okarun, dan Jiji tanpa sepengetahuan ketiganya, sambil tersenyum dengan ekspresi yang terasa mengerikan.
6. Tak Ada Hantu
Di dalam rumah, Momo, Okarun, dan Jiji memeriksa setiap sudut rumah Jiji. Setelah selesai, mereka duduk di ruang televisi. Momo pun berkata bahwa ia tidak merasakan aura aneh sama sekali di rumah Jiji.
Jiji bertanya, “Kalian tidak percaya padaku?” Momo menjawab bahwa ia percaya. Bahkan, saat para pengusir roh datang ke rumah Jiji, semuanya mengatakan bahwa tempat itu sangat berbahaya. Momo menduga saat ini hantunya sedang bersembunyi—sama seperti saat Nenek Turbo bersembunyi di dalam tubuh Okarun.
Jika kekuatan hantu itu lemah, Momo akan kesulitan mendeteksinya, sehingga mereka bisa dengan mudah menyembunyikan diri. Dengan kata lain, hantu dengan kekuatan lemah akan lebih mudah diatasi. Jiji terkesima, lalu memuji kehebatan Momo dan bersiap membuatkan jus untuknya.
Momo menyuruh Okarun untuk beristirahat karena kemungkinan hantu akan muncul di malam hari. Ia sendiri ingin pergi ke pemandian air panas dan meminta Okarun agar akur dengan Jiji selama ditinggal berdua. Momo mengatakan bahwa ia akan kembali nanti sore.
Tak lama kemudian, saat Jiji membawa jus, Okarun memberi tahu bahwa Momo sudah pergi.
7. Cemburu
Di halaman rumah, Okarun dan Jiji bermain oper bola secara bergantian. Sambil menendang bola, mereka membicarakan hal-hal yang mereka sukai dari Momo. Percakapan itu akhirnya memicu ketegangan, karena keduanya sama-sama menyukai Momo.
Rasa cemburu mulai memuncak, dan saat bermain bola, mereka pun saling berebut dengan emosi, seolah-olah bola itu adalah Momo yang sedang mereka perebutkan.
Pertengkaran kecil pun terjadi. Jiji memiting leher Okarun dari belakang, tapi secara tak sengaja, Okarun melihat sesuatu yang aneh, sebuah bangunan menonjol di bagian luar rumah Jiji yang tak pernah ia perhatikan sebelumnya. Okarun pun menyuruh Jiji melihat ke arah tersebut.
Jiji segera melepaskan Okarun dan ikut memperhatikan bangunan itu. Keduanya baru menyadari bahwa di sebelah pintu depan rumah tampak ada bangunan menonjol dari luar, namun tidak ada ruangan di bagian dalamnya.
8. Momo Di Serang
Di pemandian air panas, Momo sedang berendam sambil memikirkan apakah Okarun bisa akrab dengan Jiji, teman pria pertamanya. Merasa mulai pusing, Momo berniat keluar dari pemandian. Namun, ia merasa heran karena tembok tinggi yang mengelilingi pemandian terbuka itu menghalangi pemandangan ke luar.
Tiba-tiba, empat paman tua masuk ke area pemandian tempat Momo berendam, membuatnya mengurungkan niat untuk keluar dari kolam. Mereka mengaku heran saat melihat seorang gadis muda sendirian di pemandian campur, dan Momo baru menyadari bahwa tempat itu memang pemandian campuran.
Keempat paman itu kemudian ikut berendam di kolam, tepat di hadapan Momo. Tanpa diduga, mereka mulai bersikap mencurigakan dan bersiap menyerangnya. Momo pun bersiaga, mengangkat kedua tangan untuk menggunakan kekuatan esper-nya.
Namun, salah satu dari mereka lebih dulu menangkap tangan Momo dan menjatuhkan Momo ke dalam air hingga tubuhnya tenggelam.
9. Ruangan Horor
Okarun dan Jiji lalu masuk ke dalam rumah dan memeriksa bagian tembok tersebut. Anehnya, tak ada ruang apa pun di sana, padahal dari luar terlihat seperti ada tambahan bangunan.
Saat Jiji mengetuk tembok itu, Okarun menempelkan telinganya dan mengatakan bahwa suaranya terdengar kopong. Jiji merasa tembok ini mencurigakan dan mungkin ada kaitannya dengan kondisi sakit kedua orang tuanya.
Meskipun rumah itu rumah sewaan, Jiji tetap mengambil palu dan melubangi tembok tersebut. Hasilnya membuat Okarun dan Jiji terkejut—melalui lubang kecil itu, mereka melihat sebuah ruangan luas yang penuh dengan ribuan kertas jimat.
Post a Comment