Nonton Dandadan Season 2 Episode 01 Review
Dandadan Episode 13
1. Keberuntungan Momo
Air terus mengalir dari patung pancuran berbentuk kepala ular ke kolam, hingga tiba-tiba kepala patung itu patah dan jatuh, menghantam kepala Juichi yang sedang berusaha menenggelamkan Momo. Dalam kekacauan itu, Momo berhasil mendorong Juichi menjauh, lalu bangkit dan menghirup napas di permukaan air.
Empat paman tua mencoba mengejar Momo yang bergegas memanjat tebing untuk keluar dari kolam. Namun, pagar kayu roboh dan menimpa mereka. Juichi sempat menangkap salah satu kaki Momo yang hampir berhasil naik, tetapi bangunan kayu ruang ganti onsen tiba-tiba ambruk dan menimpanya. Sementara itu, Momo selamat karena yang menimpanya hanyalah bagian pintu yang sudah terbuka.
Setelah semuanya reda, Momo terkesima menyaksikan pemandangan onsen yang kini tanpa pagar, memperlihatkan keindahan alam pegunungan lengkap dengan pelangi yang membentang di langit.
Momo terkejut saat melihat Nenek Turbo sedang berendam di kolam, lalu bertanya bagaimana bisa berada di sana. Nenek Turbo mengaku bahwa ia diam-diam menguping pembicaraan antara Seiko dan Momo. Setelah tahu bahwa daerah tempat tinggal Jiji memiliki wisata pemandian air panas, ia memutuskan ikut tanpa izin dengan cara bersembunyi di dalam tas Momo.
Saat Momo sedang berganti pakaian secara diam-diam, sekelompok aparat keamanan tiba-tiba mendatangi onsen dan menemukan lima paman tua. Mereka langsung menuduh keluarga Kito sebagai biang kerok keributan yang menyebabkan onsen rusak. Keluarga Kito pun panik dan segera kocar-kacir melarikan diri dari kejaran para petugas.
2. Keluarga Kito Bertamu
Setelah Okarun dan Jiji terkejut menemukan ruangan aneh yang dipenuhi jimat, Jiji tiba-tiba mendengar suara bel. Ia pun bergegas membuka pintu, mengira Momo yang datang, namun ternyata yang muncul adalah lima bibi tua dari keluarga Kito.
Jiji kemudian menghidangkan camilan dan minuman untuk kelima bibi tersebut di ruang tamu. Ia berbisik kepada Okarun, memberitahu bahwa rumah yang mereka tempati adalah rumah sewaan, dan keluarga Kito telah menggratiskan biaya sewanya selama orang tua Jiji sakit.
Salah satu bibi, Naki, bertanya apakah Jiji sempat pergi tanpa izin untuk memanggil pengusir roh lagi. Jiji menjawab bahwa ia hanya sedang menjemput Okarun yang ingin mampir main ke rumah. Empat bibi lainnya langsung memaki Jiji, mengatakan bahwa tidak ada hantu di rumah itu, dan tindakannya bisa memunculkan isu buruk yang membuat harga tanah milik keluarga Kito anjlok.
Dengan santai namun mengancam, Naki memegangi senapan dan memberitahu Jiji bahwa ia memiliki surat izin berburu. Ia lalu bercerita bahwa di gunung sering terjadi kecelakaan tak terduga—misalnya saat berburu babi hutan, bisa saja seseorang tak sengaja tertembak.
Mengerti maksud tersirat dari perkataan Naki, Jiji berusaha menenangkan situasi. Ia memperingatkan bahwa menodongkan senapan ke arahnya, meskipun memiliki surat izin berburu, tetap bisa membuat Naki ditangkap polisi.
3. Keluarga Kito Murka
Tiba-tiba, seorang polisi bernama Tsuru memasuki rumah dan langsung menyaksikan Naki sedang menodongkan senapan ke arah Jiji di ruang tamu. Tak lama kemudian, lima paman tua dari keluarga Kito juga datang.
Juichi bercerita kepada para bibi tua bahwa mereka baru saja ditangkap oleh aparat keamanan karena dianggap merobohkan onsen. Untung saja Tsuru turun tangan dan membantu membersihkan masalah tersebut—kalau tidak, urusannya bisa jadi sangat runyam.
Juichi merangkul bahu Jiji sambil menunjuk Okarun dan bertanya siapa dia. Jiji menjawab bahwa Okarun adalah sahabatnya yang ingin main ke rumah. Juichi lalu menguji Okarun dengan bertanya klub sepak bola favorit Jiji. Okarun bingung, membuat suasana tegang. Jiji memberi isyarat halus ke tembok—lubang yang ditutup poster Messi berseragam PSG. Menangkap petunjuk itu, Okarun menjawab, “PSG.” Juichi langsung percaya dan bersikap ramah.
Namun, suasana kembali berubah ketika Naki tiba-tiba bertanya soal teman perempuan Jiji, menanyakan kapan dia pulang. Jiji berpura-pura bingung dan mengaku tidak membawa teman perempuan. Padahal tanpa ia ketahui, keluarga Kito sebenarnya sudah mengawasi sejak ia datang bersama Okarun dan Momo. Juichi menuduh Jiji berbohong, dan wajah Naki berubah menyeramkan sambil menghardik Jiji karena dianggap berani membohongi mereka.
4. Kuil Tsuchinoko
Sambil berjalan-jalan di kota, Momo menggendong Nenek Turbo di dalam tasnya dan berterima kasih karena telah menolongnya saat insiden di onsen. Namun, Nenek Turbo mengaku bahwa ia tidak benar-benar menolong. Menurutnya, kekuatan dari wadah tubuhnya sebagai kucing pembawa keberuntungan keluar dengan sendirinya.
Momo kemudian memberitahu Nenek Turbo bahwa ia tidak merasakan keberadaan hantu di rumah Jiji. Nenek Turbo menjawab bahwa rumah Jiji dalam kondisi darurat karena telah banyak menyerap darah manusia.
Saat berkunjung ke Kuil Tsuchinoko, Momo terkejut melihat penjaga kuil bernama Manjiro sedang melakukan pose unik: kedua tangan menopang tubuh di lantai, sementara kedua kakinya tegak ke atas, seakan berdiri dengan kepala. Melihat ada pengunjung, Manjiro segera meminta maaf. Ia mengaku sedang merekam aksinya untuk keperluan konten karena ingin menjadi YouTuber, lalu mempersilakan Momo masuk ke kuil.
Namun, Momo tampak kecewa setelah melihat benda sejarah di dalam kaca yang katanya sisa dari Tsuchinoko yang berganti kulit. Benda itu tampak seperti tali pusar, sangat berbeda dari bayangan Momo tentang Tsuchinoko.
Manjiro kemudian menjelaskan bahwa berdasarkan literatur yang tersisa di kuil, disebutkan bahwa naga yang terbang ke langit akan memancarkan pelangi, dan jika amarah gunung bangkit, desa akan ditelan.
Berdasarkan legenda, apabila ular besar yang tinggal di gunung berapi kelaparan, maka gunung akan meletus. Dulu, penduduk desa akan mengirimkan tumbal anak kecil sebagai makanan ular agar gunung tetap tenang. Berkat tradisi itu, gunung tidak pernah meletus selama 200 tahun, dan daerah tersebut memperoleh berkah berupa pemandian air panas.
Manjiro menambahkan bahwa sekarang mereka menyembah sisa kulit Tsuchinoko sebagai bentuk upaya untuk mencegah erupsi. Namun, ia juga menyebut bahwa legenda tentang ular besar adalah kekeliruan. Ketakutan bisa membuat orang kehilangan akal, hingga percaya dan rela melakukan pengorbanan manusia. Menurut Manjiro, tugasnya sebagai penjaga kuil adalah menceritakan kembali kisah ini, agar kesalahan kelam tersebut tidak terulang di masa depan.
5. Momo vs Naki
Ketika Momo pulang dan memasuki ruang tamu di rumah Jiji, ia terkejut melihat Jiji dan Okarun terbaring pingsan di lantai. Di sana juga telah berkumpul sepuluh anggota keluarga Kito, termasuk lima paman tua yang sebelumnya menyerangnya di onsen. Naki berkata, “Akhirnya, tumbal kita lengkap juga. Ayo, kita mulai festivalnya.”
Naki lalu berlari dan melompat, menyerang Momo dengan tendangan, tetapi Momo berhasil menangkisnya dengan kedua tangan. Ia segera berlari menghindari kejaran Naki, berusaha menghindari setiap serangan yang datang bertubi-tubi. Momo menggunakan tangan auranya untuk menarik berbagai perabot dapur dan melemparkannya ke arah Naki, namun Naki mampu menangkis semuanya dengan mudah dan mengagumkan.
Dalam serangan pamungkas yang disebut Jennifer Lopez Anaconda, Naki melancarkan dua tinju ke depan secara bersamaan, mengarah tepat ke perut Momo. Meskipun Momo mencoba menahan dengan kedua tangan yang ia silangkan, tubuhnya tetap terlempar, menembus tembok, dan jatuh ke dalam ruangan berisi ribuan jimat.
Juichi meminta Naki memperhatikan bahwa Momo memiliki kekuatan aneh—ia bisa membuat benda-benda melayang di sekitarnya dan membawa boneka kucing yang bisa bicara. Naki mengakui bahwa Momo memang memiliki kekuatan tidak biasa, tetapi menurutnya Momo bukanlah seorang pengusir roh.
6. Ritual Keluarga Kito
Naki lalu memberitahu Momo bahwa desa ini adalah tanah yang telah dilindungi oleh keluarga Kito selama berabad-abad, dan mereka tidak akan membiarkan Momo merusak festival yang telah menjadi tradisi keluarga.
Naki menegaskan bahwa berkat pengorbanan keluarga Kito, Momo bisa menikmati pemandian air panas, karena selama 200 tahun mereka telah memberikan tumbal manusia kepada ular besar untuk mencegah letusan gunung berapi.
Sebagai balasannya, ular tersebut menghadiahi desa ini dengan sumber mata air panas. Tanpa perlindungan keluarga Kito, desa ini sudah lama lenyap ditelan magma.
Naki juga mengungkapkan bahwa tempat berdirinya rumah Jiji dulunya adalah altar penumbalan manusia. Bentuk bangunan rumah itu memang selalu berubah mengikuti zaman, namun fungsinya tetap sama. Keluarga Kito bertugas memancing tumbal ke rumah itu, lalu mempersembahkannya kepada dewa ular. Naki merasa beruntung karena secara tak terduga berhasil mendapatkan tiga tumbal sekaligus: Momo, Okarun, dan Jiji.
7. Terjatuh ke Ruang Altar
Tiba-tiba, lantai ruang jimat tempat Momo berpijak berubah menjadi pasir hisap yang mulai menarik kakinya ke bawah. Naki menyebut bahwa ular besar sedang kelaparan. Bersama lima paman tua dari keluarga Kito, Naki menyaksikan dari luar tembok yang berlubang, melihat Momo dan Nenek Turbo yang panik karena hampir tersedot. Naki menjelaskan bahwa siapa pun yang tertelan oleh pasir itu akan otomatis menjadi tumbal makanan ular besar.
Okarun dan Jiji siuman, lalu mendorong sofa hingga menindih Naki dan kelima paman tua. Mereka terus menahannya agar Naki dan para paman itu tidak bisa bergerak. Okarun mengulurkan tangan ke arah Momo, dan Momo segera meraihnya. Okarun berusaha menarik tubuh Momo agar tidak terhisap ke dalam pasir, sementara Jiji sibuk menghadang empat bibi tua yang berusaha membebaskan rekan-rekan mereka dari tumpukan sofa.
Namun, dinding ruangan tiba-tiba roboh. Keseimbangan pun goyah, hingga seluruh keluarga Kito, Jiji, dan Okarun terseret jatuh bersama Momo ke dalam pasir hisap.
Setelah tertelan, mereka semua mendarat di atas atap sebuah rumah. Ternyata, mereka berada di ruang bawah tanah yang sangat luas, dipenuhi beberapa rumah dari berbagai zaman yang tertimbun di dalamnya. Momo mendongak ke atas dan menyadari bahwa mereka jatuh sangat jauh dari ruang jimat di rumah Jiji.
8. Ular Tsuchinoko
Namun, Jiji justru terlempar dan mendarat tepat di punggung ular Tsuchinoko, membuat Momo dan Okarun terperanjat melihat makhluk raksasa itu. Seluruh keluarga Kito segera berdiri dan membentuk pose nyentrik, konon untuk “menyambut” sang ular sekaligus menghindari dirinya dimangsa.
Dengan kekuatan tangan auranya, Momo berhasil menarik tubuh Jiji. Jiji pun akhirnya berdiri bersama Okarun dan Momo di atas atap rumah.
Momo dan Jiji terkejut saat menyadari bahwa ular raksasa itu benar-benar ada, bukan sekadar mitos daerah. Nenek Turbo menyebut namanya Kuragari, sementara Okarun menyebut itu mirip dengan cacing maut Mongolia yang muncul di sampul buku UMA—buku yang pernah mereka baca bersama Jiji saat dalam perjalanan kereta.
Okarun terheran-heran, karena dalam buku itu tertulis bahwa ukuran cacing maut hanya mencapai dua meter. Namun, yang mereka lihat sekarang sangat panjang dan berukuran raksasa.
Momo pun menyimpulkan, selama 200 tahun keluarga Kito ternyata tidak memberi tumbal kepada dewa ular, melainkan hanya memberi makan seekor cacing pemakan manusia.
9. Tsuchinoko Serang Keluarga Kito
Naki memerintahkan ular Tsuchinoko untuk segera menyantap tiga tumbal yang telah ia siapkan: Momo, Okarun, dan Jiji. Di atas atap, keluarga Kito mulai melakukan ritual sambil melafalkan mantra. Naki berdiri di tengah sambil melakukan pose nyentrik, sementara sembilan anggota keluarga Kito lainnya berjalan mengelilinginya membentuk lingkaran.
Namun tiba-tiba, ular Tsuchinoko justru menyerang dan melahap seluruh keluarga Kito dalam satu gerakan. Momo, Okarun, dan Jiji terkejut, lalu sepakat bahwa seluruh keluarga Kito telah dimangsa dalam satu serangan. Menyadari situasi semakin berbahaya, ketiganya segera berlari masuk ke salah satu rumah untuk berlindung.
10. Gelombang Suara
Tak lama kemudian, ular Tsuchinoko mengeluarkan suara aneh berupa gelombang batin yang membuat Momo dan Okarun langsung terjatuh kesakitan, menutup telinga mereka dengan kedua tangan. Jiji bingung melihat reaksi mereka, karena dirinya sama sekali tidak merasakan efek apa pun.
Efek suara itu begitu kuat hingga memaksa Okarun berubah ke dalam mode yōkai dan kehilangan kendali. Dalam wujud mengerikan, Okarun tiba-tiba bersiap menerkam Jiji yang sedang terduduk di depannya.
Post a Comment