Nonton Dandadan Season 2 Episode 02 Review
Dandadan Episode 14
1. Gelombang Batin
Setelah memukul wajah Jiji, Okarun bangkit berdiri sambil memegangi kepalanya yang terasa sakit. Dalam kondisi kehilangan kendali, ia berniat mengakhiri hidup dengan menusukkan gunting ke perutnya. Namun, Jiji berhasil menangkap tangannya dan menggagalkan tindakan itu.
Tak disangka, Momo juga ikut-ikutan mencoba bunuh diri dengan menusukkan pecahan kaca ke perutnya. Beruntung, Nenek Turbo yang sedang tertidur di pangkuan Momo menjadi perisai—pecahan kaca itu hanya menembus tubuh boneka kucing tersebut.
Nenek Turbo terbangun sambil berteriak kesakitan. Ia segera menyuruh Jiji mengambil tali untuk mengikat tangan Okarun dan Momo. Setelah berhasil mengikat keduanya, Jiji merasa heran mengapa mereka bisa kehilangan kendali atas tubuhnya sendiri. Nenek Turbo pun menjelaskan bahwa suara yang dikeluarkan oleh Tsuchinoko, telah menciptakan gelombang batin yang membuat siapa pun di dalam rumah terdorong untuk mengakhiri hidup.
Jiji pun teringat sebuah kejadian masa lalu: saat pulang sekolah, ia mendapati kedua orang tuanya hendak bunuh diri dengan cara gantung diri di balkon lantai dua. Tali telah terikat di leher mereka dan ujung lainnya di pagar balkon. Untung saja, Jiji sempat menyelamatkan mereka dengan memotong tali itu menggunakan cutter.
Kini, Jiji menyadari bahwa penyebab orang tuanya bertindak nekat saat itu adalah karena terpapar suara gelombang batin dari Tsuchinoko. Jiji pun heran, mengapa gelombang batin Tsuchinoko tidak berpengaruh padanya? Nenek Turbo menjawab bahwa Jiji hanya belum menyadari alasan mengapa dirinya kebal terhadap efek tersebut.
Dari balik kaca jendela, Jiji melihat Tsuchinoko sedang menatap mereka yang ada di dalam rumah. Tanpa berpikir panjang, Jiji menggendong Momo di bahu kanannya, mengangkat Okarun dengan tangan kirinya, dan menggigit Nenek Turbo dengan mulutnya. Ia pun berlari keluar rumah, berusaha membebaskan mereka dari pengaruh gelombang batin Tsuchinoko.
2. Kemunculan Evil Eye
Di luar rumah, Tsuchinoko ternyata sudah menghadang Jiji, Okarun, dan Momo. Namun, Evil Eye tiba-tiba muncul melayang di udara, menghadap ke arah Tsuchinoko dengan punggung mengarah ke Jiji. Kehadirannya membuat Okarun dan Momo tersadar. Mereka pun menyadari bahwa berkat Evil Eye, mereka berhasil lepas dari pengaruh suara gelombang batin Tsuchinoko.
Layaknya burung hantu yang mampu memutar leher hingga 270 derajat, Evil Eye memutar kepalanya dan menatap Okarun, Momo, serta Jiji yang berada di belakangnya. Nenek Turbo segera memperingatkan agar mereka tidak menatap langsung ke mata Evil Eye, karena tatapannya memiliki efek yang sama berbahayanya dengan gelombang batin milik Tsuchinoko—mampu menghasut seseorang untuk mengakhiri hidup.
Nenek Turbo menjelaskan bahwa saat ini kekuatan tatapan Evil Eye dan gelombang batin Tsuchinoko sedang saling bertabrakan, saling menetralkan satu sama lain, sehingga Okarun dan Momo bisa tersadar dari pengaruhnya.
Okarun pun segera bertransformasi dan melesat cepat, menyundul kepala Tsuchinoko hingga terpenggal. Anehnya, Okarun tak kunjung kembali, membuat Momo heran dan bertanya-tanya ke mana ia terlempar. Namun, dalam sekejap, Tsuchinoko berhasil beregenerasi, dan kepalanya kembali utuh seperti semula.
Saat Tsuchinoko kembali menyerang, Momo dan Nenek Turbo segera berlari mengikuti Jiji, menjauh dari lokasi tersebut untuk menghindar. Sementara itu, Evil Eye terus melayang di udara, mengikuti setiap langkah kaki Jiji.
Dalam pelariannya, Jiji bertanya kepada Evil Eye, “Apakah kau yang bertanggung jawab atas penyakit yang menimpa kedua orang tuaku?”
Evil Eye lalu melipat kedua kakinya di atas bahu Jiji, dan Jiji pun terus berlari sambil menggendongnya. Dari punggung Jiji, Evil Eye menundukkan kepala perlahan hingga wajah mereka saling berhadapan, lalu menatap langsung ke mata Jiji dengan sorot tajam yang menusuk.
3. Masa Lalu Evil Eye
Evil Eye memperlihatkan kepada Jiji kilasan masa lalunya saat masih hidup sebagai manusia. Saat itu, Madun terkurung di sebuah gubuk. Dari balik jendela kecil yang dipasangi jeruji kayu, ia mengamati tiga bocah seumurannya sedang menari dan bermain di kejauhan. Madun pun menari seorang diri, menirukan gerakan mereka dengan penuh semangat.
Ketika gunung berapi meletus, keluarga Kito menggelar festival dan menjadikan Madun sebagai tumbal persembahan di altar ritual. Tubuh Madun diikat pada sebuah tiang dan ia meregang nyawa karena leleran lava yang mengalir langsung ke tempatnya terikat.
Setelah kematiannya, Madun bangkit sebagai arwah dan menghuni sebuah rumah yang dulunya adalah lokasi altar tersebut. Di sana, ia berkali-kali menyaksikan seorang anak dari keluarga penghuni rumah itu harus kehilangan kedua orang tuanya karena bunuh diri. Lambat laun, Madun menyadari bahwa penyebabnya adalah paparan gelombang suara aneh yang berasal dari bawah tanah rumah tersebut.
Suatu hari, Naki mendatangi rumah itu dan menjadikan seorang anak bernama Dadang—yang telah yatim piatu—sebagai tumbal bagi ular Tsuchinoko. Naki memerintahkan Juichi dan Juhiko untuk mengubur rumah itu bersama Dadang di dalamnya.
Setelah rumah itu terkubur, Madun berusaha membebaskan Dadang yang tubuhnya terikat kain dan hanya bisa duduk menangis ketakutan di atas kursi. Namun tubuh arwah Madun tak mampu menyentuh kain itu untuk membebaskannya.
Dipenuhi amarah, Madun bersumpah membalas dendam pada keluarga Kito yang telah menewaskannya dan menjadikan banyak anak sebagai tumbal. Dendam itu perlahan mengubah Madun menjadi yokai yang keji. Dalam puncak keputusasaan, Madun memaksa Dadang menatap matanya, lalu jiwa mereka menyatu menjadi sosok yang kini dikenal sebagai Evil Eye.
4. Jiji Temui Evil Eye
Momo kemudian melancarkan serangan dengan tangan auranya untuk menarik Evil Eye yang sedang digendong Jiji. Namun, Evil Eye menempel begitu erat hingga sulit untuk dilepaskan. Jiji pun berkata kepada Momo bahwa Evil Eye bukanlah roh jahat. Ia menjelaskan bahwa Evil Eye telah lama berjuang sendirian melawan keluarga Kito.
Setelah menyaksikan masa lalu Evil Eye, Jiji memutuskan untuk mendatangi gubuk tempat jasad Madun berada. Sambil terus menggendong Evil Eye, Jiji berlari menuruni tumpukan bangunan rumah hingga ke bagian paling bawah. Momo yang mengikutinya terkejut saat melihat deretan reruntuhan rumah kuno dari berbagai zaman yang saling menumpuk.
Akhirnya, Jiji tiba di gubuk tua tempat Madun pernah dikurung semasa hidup. Di sana, ia menemukan jasad tengkorak Madun, dengan rambut putih yang sangat panjang, masih duduk di sebuah kursi.
5. Keberuntungan Nenek Turbo
Nenek Turbo meminta Jiji untuk tidak terlalu mendekat pada jasad Madun dan memperingatkan agar tidak memberikan simpati kepada siluman jahat. Sementara Evil Eye melayang di udara sambil memeluk tubuh Jiji, Jiji dengan tegas menyatakan bahwa jasad tengkorak Madun dulunya adalah orang baik. Nenek Turbo pun memakinya, menyebut Jiji tidak tahu apa-apa.
Dari luar gubuk, Tsuchinoko melancarkan serangan dengan memancarkan cahaya kuning dari tubuhnya berupa sengatan listrik, membuat Okarun dan Jiji yang berada di dalam roboh. Ia lalu menyemburkan cairan lendir ke dalam gubuk
Momo bertanya, “Di mana kekuatan keberuntunganmu, Nenek Turbo?”
Nenek Turbo menjawab, “Keberuntunganku bukan milik siapa pun. Bahkan musuh pun bisa saja mendapatkannya.”
6. Jiji Siap Temenin Evil Eye
Jiji yang masih memandangi jasad tengkorak Madun tiba-tiba terbawa masuk ke dalam sebuah dimensi, di mana Madun masih hidup sebagai manusia dan sedang rebahan dalam kurungan. Jiji pun duduk memandangi Madun yang ada di depannya.
Madun berkata bahwa ia ingin bermain bersama seorang teman. Dengan gaya selengean, Jiji mengaku siap menemani Madun bermain seumur hidupnya.
Madun tersenyum dan berkata, “Baiklah, kalau begitu.” Seketika itu, roh Evil Eye merasuki tubuh Jiji.
Jiji berteriak histeris, tampak kesakitan, dan memegangi kepalanya dengan kedua tangan.
Momo terkejut, tidak mengerti apa yang sedang terjadi pada Jiji. Nenek Turbo pun mengungkapkan bahwa ia sudah memperingatkan Jiji untuk tidak terlalu dekat dengan jasad tengkorak Madun.
7. Kebangkitan Evil Eye
Setelah itu, Momo dan Jiji kembali roboh akibat sengatan listrik dari Tsuchinoko, dan Jiji tampak pingsan. Tak lama, Tsuchinoko muncul dari atap dan memasuki gubuk, bersiap melahap Momo yang terbaring tak berdaya, tubuhnya sulit bergerak karena cairan lendir lengket yang membanjiri lantai.
Namun, tiba-tiba Jiji yang telah dirasuki Evil Eye bangkit dan bergerak cepat. Ia menghantam kepala Tsuchinoko dengan pukulan keras hingga gagal menerkam Momo. Tanpa memberi kesempatan, Jiji menendang kepala Tsuchinoko hingga terpental ke udara dan terputus dari tubuhnya.
Momo terkejut melihat penampilan Jiji yang telah dirasuki Evil Eye. Pupil mata Jiji berubah ungu, rambutnya memutih, dan di dahinya muncul satu mata lonjong vertikal berwarna ungu menyala, menyerupai riak air. Di kedua telinganya menggantung anting panjang warna-warni.
Evil Eye yang kini menguasai tubuh Jiji berkata dengan dingin, “Akhirnya, kudapatkan juga wadah tubuh ini. Tujuanku adalah menghabisi semua manusia.”
8. Evil Eye vs Tsuchinoko
Evil Eye kemudian menendang Momo yang berada di belakangnya, membuat Momo terhempas hingga menabrak dinding. Momo berusaha bertahan dengan menciptakan bantalan aura untuk menahan tendangan lanjutan dari Jiji, namun tubuhnya tetap tersudut dan tak bisa bergerak.
Di saat yang sama, Tsuchinoko menembakkan sengatan listrik ke arah Evil Eye. Untuk menghalau serangan itu, Evil Eye menciptakan perisai berbentuk kubah berwarna ungu yang langsung mengurung dirinya bersama Momo, sekaligus melindungi mereka dari sengatan listrik Tsuchinoko, sementara satu kakinya masih menahan Momo di dinding.
Evil Eye mengungkapkan bahwa dendamnya takkan pernah padam. Ia mengaku telah memanipulasi seluruh perasaan negatif para korban tumbal keluarga Kito menjadi perisai pelindung dalam bentuk kubah. Tak hanya itu, Evil Eye juga menciptakan sebuah bola yang berisi energi penuh kebencian dan penderitaan dari para korban tumbal tersebut.
Dengan kecepatan tinggi, Evil Eye menendang bola tersebut ke arah tubuh Tsuchinoko. Bola itu memantul kembali ke arah Evil Eye, lalu ditendang lagi, menghantam Tsuchinoko secara bertubi-tubi. Serangan berulang itu membuat Tsuchinoko kesakitan, hingga akhirnya ia memilih kabur dengan menyusup ke dalam tanah.
9. Nenek Turbo Jelaskan Kehebatan Jiji
Momo keheranan melihat perubahan Jiji yang kini tampak menakutkan. Nenek Turbo kemudian mengingatkan Momo bahwa Seiko pernah berulang kali menyebut Jiji sebagai seorang jenius. Saat itu, Momo sedang menemani Jiji menyantap hidangan sendirian di meja makan karena ia datang terlalu malam saat bertamu, sementara Seiko bersantai di dekat meja sambil menonton televisi bersama Nenek Turbo.
Nenek Turbo menjelaskan bahwa maksud Seiko adalah sangat jarang ada manusia yang memiliki kekuatan roh sejenius Jiji, apalagi ditambah dengan fisik yang kuat. Ia menyebut bahwa sejak saat itu, Evil Eye sudah menempel di tubuh Jiji dan mengincarnya sebagai wadah. Namun, Jiji sama sekali tidak menyadarinya dan tidak terpengaruh.
Bahkan, jika Nenek Turbo bisa memilih tubuh mana yang ingin ia rasuki, ia pun akan memilih Jiji sebagai wadahnya.
10. Bentrokan Okarun vs Evil Eye
Jiji memandangi Momo yang berdiri di belakangnya. Nenek Turbo segera memperingatkan Momo untuk waspada, karena Jiji yang kini telah dirasuki Evil Eye sudah bukan lagi berada di pihak mereka.
Evil Eye lalu menendang bola energi negatif ke arah Momo, namun Momo berhasil menahannya dengan bantalan aura. Akan tetapi, Evil Eye bergerak sangat cepat dan tiba-tiba sudah berada di samping Momo yang masih kerepotan menahan bola itu. Ia langsung melayangkan pukulan ke tubuh Momo hingga Momo terlempar, menabrak dinding, lalu terjatuh ke lantai.
Dengan satu tangan menopang tubuhnya, Momo perlahan berusaha bangkit sambil menahan rasa sakit, lalu menatap Evil Eye yang berdiri sangat dekat di hadapannya. Tanpa memberi jeda, Evil Eye bersiap menembakkan bola energi negatif dari jarak sangat dekat, membuat Momo panik karena tak punya cukup ruang untuk menghindar.
Saat Evil Eye menendang bola energi negatif ke arah Momo, Okarun yang telah bertransformasi tiba-tiba muncul tepat di hadapan Momo dengan posisi membelakanginya. Dalam sekejap, Okarun ikut menendang bola tersebut bersamaan dengan Evil Eye.
Keduanya terlibat dalam bentrokan kekuatan yang dahsyat, saling menahan dengan posisi tendangan yang terkunci. Bola energi pun tertahan di antara kaki mereka, tak bergerak sedikit pun. Dalam ketegangan itu, Okarun bersumpah tidak akan memaafkan Evil Eye karena telah memukul Momo.
Post a Comment