Nonton Dandadan Season 2 Episode 07 Review
Dandadan Episode 19
1. Pelayan Kafe
Okarun, Miko, dan Moku duduk di meja makan, sementara Momo menuangkan air minum dari teko ke cangkir mereka. Sarah menyiapkan kamera polaroid untuk memotret Okarun, Miko, dan Moku yang telah membeli paket foto bersama maid, yaitu Momo. Mereka berpose sambil membentuk tanda hati di depan dada.
Di luar kafe, Momo mengantarkan Okarun, Miko, dan Moku yang hendak pulang. Dengan kesal, ia menyuruh mereka segera pulang karena merasa telah dijahili oleh sahabat-sahabatnya tersebut. Miko dan Moku langsung merangkul tangan Okarun bersamaan, menyeretnya pergi. Namun, Okarun menolak karena ingin tetap tinggal bersama Momo.
Okarun lalu mengatakan bahwa ia akan menunggu Momo sampai selesai bekerja pada pukul 10 malam. Momo menyuruhnya pulang, mengingat masih ada lima jam lagi, dan menegaskan bahwa ia cukup kuat untuk pulang sendirian di malam hari. Akhirnya, Okarun menurut dan pergi meninggalkan Momo.
Setelah itu, Momo kembali bekerja, melayani pelanggan yang datang, termasuk mereka yang membeli paket foto bersamanya. Saat jam kerja usai, ia memandangi jalanan malam yang sunyi. Tiba-tiba, Okarun muncul menghampirinya dan berkata bahwa seorang gadis tidak boleh dibiarkan pulang sendirian larut malam. Momo dan Okarun pun saling menggenggam tangan dan berjalan pulang bersama.
2. Hasil Latihan
Di rumah Seiko, Aira sedang rebahan sambil menyeruput minumannya, sementara matanya tertuju pada Jiji yang duduk seiza dan berusaha mengalirkan “ki”. Di sisi lain, Manjiro tampak kewalahan saat mencoba mendorong tubuh Jiji agar terjatuh.
Seiko memuji Jiji karena proses belajarnya cukup cepat, lalu menyuruh Manjiro bersiap dengan termos air panas. Ia kemudian menuangkan setetes kecap ke tangan Jiji.
Saat itu, Evil Eye berusaha mengambil alih kendali tubuh Jiji. Namun, Jiji berhasil menguasai dirinya sehingga upaya itu gagal. Manjiro terkesan dengan kemampuan Jiji, sementara Seiko menyebutnya sebagai seorang jenius.
Meski begitu, Seiko tetap mengingatkan Jiji agar selalu waspada. Ia menjelaskan bahwa Jiji baru sanggup menahan diri dari setetes kecap, tetapi jika diganti dengan air dingin, tekanannya akan jauh lebih berat.
Walau demikian, Seiko menyuruh Jiji tetap bersyukur karena latihan yang dijalani sudah cukup efektif untuk menahan pengaruh Evil Eye. Seiko pun yakin, jika Jiji terus berlatih dengan tekun, suatu hari nanti ia akan bisa kembali menjalani hidup normal.
3. Evil Eye Serang Momo
Setelah itu, Seiko, Manjiro, Jiji, dan Aira menyambut kedatangan Okarun serta Momo yang baru tiba di rumah. Keduanya mengaku kedinginan. Okarun dan Momo kemudian mengambil termos air panas masing-masing dan berniat segera meminumnya.
Aira dan Jiji berjalan beriringan menghampiri Okarun dan Momo untuk menanyakan dari mana mereka pulang larut malam. Namun, tubuh Aira dan Jiji saling bertabrakan hingga minuman yang dibawa Aira tumpah dan menyiram wajah Jiji.
Okarun, Seiko, dan Momo langsung bereaksi cepat dengan menyiramkan air panas dari termos mereka ke arah Jiji. Sayangnya, Evil Eye sudah berhasil merasuki tubuh Jiji dan menciptakan rumah kutukan, mengurung diri di dalamnya sehingga air panas tidak dapat mengenainya.
Celakanya, Evil Eye juga menjebak Momo seorang diri di dalam rumah kutukan. Kedua tangannya terangkat dan terperangkap di atap rumah, membuat Momo tak bisa bergerak. Evil Eye lalu berjalan perlahan ke arah Momo dengan niat menghabisinya.
Panik, Seiko segera melemparkan jimat ke rumah kutukan, namun tubuhnya justru terpental. Okarun bertransformasi dan mencoba menghancurkan rumah kutukan, tetapi dindingnya tak bisa ditembus.
Evil Eye kemudian mencekik leher Momo dengan kedua tangannya. Beruntung, Momo belum sempat menelan air panas yang diminumnya. Dengan sigap, ia menyemburkan air panas yang masih ada di mulutnya tepat ke wajah Evil Eye. Seketika, rumah kutukan lenyap dan Jiji kembali normal.
4. Jiji & Okarun
Okarun segera mendorong tubuh Jiji menjauh dari Momo, lalu menghampiri Momo untuk memastikan keadaannya. Sementara itu, Seiko mendekati Jiji dan menenangkannya agar tidak menyalahkan diri sendiri.
Di ruang tidur, Okarun dan Jiji beristirahat sekamar dengan kasur bersebelahan. Keduanya hanya berbaring saling membelakangi tanpa ingin bicara sepatah kata pun.
Sementara itu, di kamar lain, Aira dan Momo juga tidur sekamar dengan kasur bersebelahan. Aira meminta maaf kepada Momo karena tidak hati-hati hingga minumannya tumpah mengenai Jiji, yang membuat Momo nyaris celaka akibat ulah Evil Eye. Momo menanggapi dengan santai, mengatakan bahwa yang sudah terjadi biarlah terjadi, lalu menyuruh Aira segera tidur.
5. Mantis Tolak Latih Okarun
Di kandang sapi, Mantis yang menyamar sebagai manusia dan bekerja sebagai penjaga sedang memberi makan sapi-sapi. Tak lama kemudian, Mantis menghampiri Okarun yang datang menemuinya. Okarun langsung bersujud di tanah, memohon agar Mantis menjadikannya murid karena ia ingin belajar tinju. Namun, Mantis menolak permintaan itu dengan alasan tidak ingin mengajarkan kekerasan.
Malam harinya, Okarun pulang ke rumah Seiko. Ia melihat Seiko sedang menemani Jiji menyantap makanan di ruang tamu. Jiji sempat menatap Okarun sejenak, lalu memalingkan pandangan. Okarun pun hanya terdiam. Seiko tampak memahami kecanggungan yang tercipta di antara keduanya.
6. Tugas Orang Dewasa
Setelah itu, Manjiro dan Seiko berbincang berdua pada malam hari. Manjiro mengatakan bahwa tinggal bersama roh terkutuk seperti Evil Eye sangatlah berbahaya. Ia mengajak Seiko untuk kembali memanggil kelompok Hayashi. Manjiro bahkan bersedia merapalkan mantra pengusir roh jika Seiko merasa tidak tega melakukannya kepada Jiji.
Manjiro bergegas pergi, berniat segera menghubungi kelompok Hayashi. Namun, Seiko menyebut sikapnya terlalu kejam, membuat Manjiro seketika berhenti melangkah. Dengan tenang, Seiko menegaskan bahwa sebagai orang dewasa, mereka seharusnya mampu memikul beban masalah anak-anak dan membiarkan mereka menjalani hidup dengan bebas.
Namun, Manjiro menjawab bahwa memperlihatkan realita juga bagian dari tanggung jawab orang dewasa. Ia mengaku menyukai semangat Jiji yang berusaha mengendalikan Evil Eye, tetapi jika hal itu mustahil, maka tetaplah mustahil. Setelah mengatakan itu, Manjiro pergi meninggalkan Seiko.
7. Nenek Turbo Latih Okarun
Di pekarangan rumah, Okarun berdiri sambil membaca buku tinju dan berlatih pukulan. Nenek Turbo menghampirinya dan bertanya alasan ia berlatih tinju. Okarun menjawab bahwa ia ingin menjadi lebih kuat agar bisa menghajar Evil Eye sampai babak belur.
Namun, Nenek Turbo menegaskan bahwa menguasai tinju saja tidak akan membuat Okarun kuat. Menurutnya, dalam hal kekuatan maupun teknik, Evil Eye berada beberapa tingkat lebih tinggi, bahkan kecepatannya mampu menandingi kekuatan Roh Nenek Turbo yang ada dalam tubuh Okarun.
Okarun pun mengaku bingung harus berbuat apa. Nenek Turbo lalu bertanya, apakah Okarun benar-benar ingin belajar tinju, atau sebenarnya ingin menjadi lebih kuat? Okarun menjawab bahwa ia ingin menjadi lebih kuat.
Mendengar itu, Nenek Turbo menyuruh Okarun mengikutinya. Ia mengaku tidak suka melihat Okarun tetap lemah meski sudah meminjam kekuatannya. Nenek Turbo pun berjanji akan melatihnya, dengan syarat Okarun harus menyiapkan tekad untuk siap mati.
8. Ruangan Musik
Nenek Turbo dan Okarun mengunjungi sekolah pada tengah malam. Saat Okarun memanjat pagar, tiba-tiba Aira muncul, membuatnya terkejut karena ternyata Aira diam-diam telah mengikuti Okarun dan Nenek Turbo sejak dari rumah Seiko.
Begitu memasuki area sekolah, Aira berlari mengejar, terus mengikuti Okarun dan Nenek Turbo yang berlari di depannya. Nenek Turbo meminta Okarun untuk tidak meladeni Aira dan menyuruh gadis itu pulang, namun Aira tetap bersikeras mengikuti sambil bertanya apa yang sebenarnya ingin dilakukan Okarun.
Setelah mereka sampai di dalam gedung sekolah, barulah Aira mengetahui tujuan Okarun: ia ingin menjadi lebih kuat dengan berlatih di bawah bimbingan Nenek Turbo. Mendengar itu, Aira pun mengaku bahwa ia juga ingin menjadi lebih kuat.
9. Perbedaan Evil Eye & Okarun
Nenek Turbo mengajak Okarun dan Aira memasuki ruang musik. Di sana, Okarun dan Aira memperhatikan foto-foto para komponis klasik terkenal yang terpajang di dinding. Nenek Turbo kemudian duduk di depan piano, menekan tuts, dan memainkan beberapa ketukan dengan ritme monoton. Setiap kali bunyi ketukan tempo terdengar, Okarun melompat dan mendarat sesuai perintahnya.
Nenek Turbo menjelaskan bahwa ketika Okarun hanya mampu melakukan dua gerakan—melompat dan mendarat—dalam satu ketukan tempo, Evil Eye justru bisa melakukan empat gerakan sekaligus. Bahkan, jika serangan bola energi negatif dan rumah kutukan ikut dihitung, Evil Eye sanggup melakukan sepuluh gerakan dalam satu ketukan, seolah-olah ia memainkan nada-nada pecahan yang jauh lebih rapat dalam irama yang sama.
Mendengar itu, Okarun menyimpulkan bahwa Evil Eye jauh lebih cepat dibanding Nenek Turbo. Namun, Nenek Turbo langsung membentaknya, menegaskan bahwa pemikiran Okarun keliru. Menurutnya, ia seribu juta kali lebih cepat daripada Evil Eye. Nenek Turbo lalu menjelaskan maksud ucapannya. Yang terpenting bukanlah sekadar kecepatan, melainkan teknik.
Sambil memegang metronom, Nenek Turbo mengatakan bahwa gerakan Okarun selama ini terlalu monoton, seperti ritme yang datar. Intinya, seberapa banyak ketukan yang bisa dimasukkan dalam satu tempo—atau dengan kata lain, seberapa banyak tindakan yang bisa dilakukan dalam satu momen—itulah yang menentukan kemenangan dalam pertempuran.
10. Hantu Orkestra
Tiba-tiba, muncul hantu yang memainkan piano, disusul alunan musik orkestra bising yang memaksa Aira dan Okarun menutup telinga mereka rapat-rapat. Nenek Turbo, seolah sudah menantikan hal itu, bergumam, “Akhirnya datang juga.”
Tak lama kemudian, enam hantu melayang di hadapan mereka, masing-masing memegang alat musik: klarinet, biola, baton, piano, cello, dan terompet. Dengan suara bergema, para hantu bertanya, siapa yang berani memainkan musik kotor sebelumnya.
Post a Comment