Nonton Sakamoto Days Season 2 Episode 04 Review

Table of Contents

 Sakamoto Days Episode 15 Season 2

1. Shishiba Tegur Osaragi

Shishiba menegur Osaragi karena telah merobohkan banyak gerbang torii saat bertarung melawan Dump. Ia menjelaskan bahwa gerbang torii adalah pintu depan rumah dewa, lalu menyuruh Osaragi membayangkan bagaimana rasanya pulang ke rumah setelah misi dan mendapati pintu depan hancur—pasti akan terasa menyedihkan.

Tak lama kemudian, Nagumo menelpon Shishiba dan memintanya melihat daftar target yang dibawa para terpidana mati pada bagian akhir. Saat membuka halaman terakhir, Shishiba mengetahui bahwa Slur berencana membuat para terpidana itu saling menghabisi satu sama lain di akhir tugas.

2. Masa Lalu Apart

Apart menceritakan masa lalunya kepada Sakamoto. Sejak kecil, di sekolah ia tidak memiliki teman karena sulit berbaur dan hanya bisa menjadi penonton ketika anak-anak lain bermain. Bahkan ketika pulang ke rumah, ibunya kerap mengabaikannya. Apart bahkan tak ingat kapan terakhir kali sang ibu mengajaknya bicara, dan ia sudah lupa seperti apa suara ibunya.

Meski jarang di rumah karena sibuk bekerja, Apart tetap menyayangi ayahnya. Suatu hari, sepulang kerja, sang ayah bertanya mengapa ia tampak murung dan hanya duduk sendirian. Ia kemudian memberikan sebuah boneka sebagai hadiah, berharap Apart bisa berlatih berteman dan berbicara dengan boneka itu sebelum benar-benar bersosialisasi.

Keesokan harinya, Apart mencoba menghampiri teman-temannya yang sedang bermain, tetapi mereka menolak ajakannya untuk berteman. Kecewa, ia mengurung diri di kamar. Saat itulah rasa penasaran mulai menyelimutinya: apa sebenarnya perbedaan dirinya dengan benda maupun makhluk lain?

Diliputi rasa ingin tahu, ia merobek boneka hadiah ayahnya dengan gunting untuk melihat apa yang tersembunyi di dalamnya. Namun, rasa penasarannya tidak berhenti di situ. Dari taman, ia membawa pulang seekor kucing dan melakukan hal yang sama, mencoba memahami isi tubuh makhluk hidup dan membandingkannya dengan dirinya sendiri.

Sifat aneh Apart membuat ibunya khawatir hingga melapor pada ayahnya. Sang ayah hanya bisa memeluknya sambil menangis, lalu membawa Apart ke klinik untuk diperiksa. Dokter menunjukkan hasil MRI otaknya dan menyatakan bahwa Apart sehat.

Namun, dengan penuh emosi, ayahnya membentak, “Kalau dia normal, mengapa tega mencabik-cabik tubuh kucing?” Ia bahkan mencengkeram kerah baju sang dokter, menuduhnya berusaha menyembunyikan kenyataan bahwa Apart adalah monster.

Mendengar kata-kata itu, Apart murka. Ia mengambil gunting dan menyerang ayahnya hingga tewas. Lalu, ia membuka isi kepala sang ayah dan membandingkannya dengan hasil film MRI miliknya yang tertempel di dinding. “Isinya sama,” ucapnya.

Saat itu, Apart merasa bersyukur bahwa dirinya tidak berbeda dengan manusia lain. Keyakinan itu membuatnya percaya bahwa ia bisa terhubung dengan orang lain. Sementara itu, sang dokter hanya bisa jatuh terduduk di lantai, syok menyaksikan kegilaan Apart.

3. Sakamaoto Nasehati Apart

Apart menceritakan kepada Sakamoto bahwa saat ia menghabisi ayahnya dan melihat isi tubuhnya, justru saat itulah ia merasa dirinya tidak berbeda—bahwa ia masih manusia seperti yang lain.

Bagi Apart, dengan memotong-motong tubuh musuhnya dan melihat isi di dalamnya, itulah caranya merasa terhubung dengan orang lain sekaligus memastikan dirinya sama seperti manusia lain. Karena itu, kini ia pun ingin melihat isi tubuh Sakamoto.

Namun, Sakamoto menegaskan bahwa pemahaman hidup Apart salah. Baginya, menghabisi orang lain justru berarti memutus hubungan, bukan membangun keterikatan. Ia menasihati Apart agar berhenti membunuh.

Mendengar itu, Apart marah karena merasa keyakinannya ditentang, bahkan menyebut Sakamoto tak punya simpati. Dengan tegas, Sakamoto menjawab bahwa Apart tak berhak berbicara soal hubungan antarmanusia, lalu berjanji akan mengakhiri dirinya.

4. Tebasan Takamura

Melampiaskan kekesalannya, Apart melompat ke udara dan mengayunkan benangnya, memutus beberapa bagian rangka baja Tokyo Tower. Akibatnya, Heisuke bersama para wisatawan di dalam menara terjatuh, tubuh mereka terperosot dan tergelincir karena lantai ikut miring. Dari kejauhan, orang-orang pun keheranan melihat menara ikonik itu tiba-tiba miring.

Sakamoto segera melompat dan meraih kabel listrik di sekitar menara. Dengan sekuat tenaga, ia menariknya agar Tokyo Tower tidak ambruk. Berkat bobot tubuhnya yang gendut, ia mampu menahan menara tetap seimbang hingga kembali ke posisi semula. Heisuke beserta wisatawan pun berhenti terperosot dan selamat.

Tak tinggal diam, Apart kembali menyerang dengan melilitkan benangnya ke wajah Sakamoto. Sakamoto panik, karena jika ia bergerak sedikit saja, menara bisa kembali miring. Namun saat menoleh ke bawah, ia melihat Takamura.

Dengan sekali tebasan samurainya, Takamura memotong salah satu penopang utama di bagian dasar menara. Aksi itu justru membuat struktur Tokyo Tower kembali stabil, tanpa perlu ditahan oleh tubuh Sakamoto. Meski begitu, warga yang menyaksikan dari kejauhan tetap bingung melihat menara kini tampak miring dan bengkok.

Setelah itu, Takamura melangkah pergi melewati kerumunan orang yang masih terpaku menatap menara yang aneh bentuknya. Tanpa menoleh, ia terus berjalan menuju sebuah taksi yang sudah menunggunya. Saat ia membuka pintu, sopir taksi sempat bertanya, ‘Kakek, sudah sempat ke toilet?’ Namun, Takamura hanya terdiam dan langsung masuk ke dalam.

5. Sakamoto Kalahkan Apart

Sakamoto menyusutkan wajahnya hingga berhasil bebas dari lilitan benang Apart. Dengan sigap, ia bergerak cepat lalu menghantam tubuh Apart dengan pukulan keras, membuatnya terlempar ke udara dan hampir jatuh dari menara.

Namun, Sakamoto segera menarik benang yang masih terhubung ke tangan Apart, lalu mengayunkannya hingga tubuh Apart melambung kembali ke bagian atas menara. Sakamoto menyusul dengan gesit, menggenggam sebuah tangga, kemudian menghantamkannya tepat ke tubuh Apart. Seketika, tubuh Apart terpental keras hingga menabrak pagar pembatas di atap Tokyo Tower, lalu terjatuh lemah dan tersandar di sana.

Tanpa memberi kesempatan, Sakamoto kembali melayangkan tendangan keras ke apart. Tubuh Apart kembali terlempar ke udara dan hampir jatuh dari menara. Namun, sekali lagi Sakamoto menarik benang yang masih terhubung ke tangan Apart, membuat tubuh lawannya terhenti di udara dan bergelantungan tanpa daya.

Sambil menatapnya, Sakamoto berkata bahwa Apart bisa mengubah hidupnya kapan saja, sesuka hati. Itulah alasan Sakamoto tidak melepaskan benang itu, agar Apart tidak jatuh. Ucapan tersebut membuat Apart terkesan.

Tak berhenti sampai di situ, Sakamoto menarik benang di tangannya yang terhubung ke tangan Apart, membuat tubuh lawannya kembali melambung tinggi ke udara. Dengan cepat, ia memutar benang itu hingga tubuh Apart berputar-putar tak terkendali di udara.

Dengan satu hentakan, Sakamoto melemparkan benang ke rangka baja Tokyo Tower, menghantamkan tubuh Apart dengan keras. Setelahnya, Sakamoto membawa Apart pergi meninggalkan Tokyo Tower, berjalan sambil memegangi tudung jaket Apart dan menyeret tubuhnya yang pingsan.

6. Sakamoto Percaya Apart

Di klinik nenek Miya, Apart yang pingsan duduk sambil merebahkan kepalanya di meja kotatsu. Di sekelilingnya ada Shaotang, Sakamoto, Shin, dan Heisuke yang sedang menyantap jeruk. Saat Apart mulai tersadar, Shin dengan bakat espernya langsung mengetahui hal itu dan meminta Apart berhenti pura-pura tidur.

Apart segera bangkit berdiri dan bertanya mengapa mereka tidak membunuhnya. Shaotang menjawab bahwa mereka membutuhkan informasi tentang orang yang mempekerjakannya. Apart lalu balik bertanya, apakah mereka tidak mempertimbangkan kemungkinan ia menyerang mereka semua begitu sadar.

Sakamoto menanggapi bahwa ia merasa Apart bisa berubah menjadi pribadi yang lebih baik. Mendengar itu, Apart terkesan.

Sakamoto kemudian mengusap kepalan tangannya sambil memperingatkan Apart: jika ia berani mengamuk lagi, tubuhnya akan dihantamkan ke rangka baja Tokyo Tower sekali lagi. Wajah Apart pun langsung pucat. Apart terkena mental, jera setelah merasakan kerasnya pertarungan melawan Sakamoto.

Namun dalam hatinya, Apart merasa senang karena Sakamoto dan kawan-kawannya berbicara serta memperlakukannya seperti manusia pada umumnya.

7. Apart Beritahu Tujuan Kashima

Di meja kotatsu, Apart ikut bergabung menyantap jeruk bersama Shin, Sakamoto, Shaotang, dan Heisuke yang duduk di sekelilingnya.

Apart mengungkapkan bahwa orang yang mempekerjakannya adalah Kashima, meski ia tidak tahu siapa Slur sebenarnya. Ia juga menceritakan bahwa setelah memotong tubuh Kashima, ia melangkah pergi meninggalkan kamar hotel itu. Namun, sebelum keluar, Apart sempat menyisipkan benangnya di kamar tersebut agar bisa mendengar percakapan Kashima lewat telepon dengan Slur.

Dari sana, ia mengetahui bahwa Slur berencana menyerang kantor JAA cabang Kanto dan menghabisi semua orang di dalamnya, tepat saat Order sedang teralihkan untuk memburu empat terpidana mati.

Shin menilai Slur sudah gila karena berencana menghancurkan JAA. Sakamoto kemudian mengungkapkan bahwa ia akan mendatangi kantor JAA cabang Kanto.

8. Tentang JAA

Kantor JAA memiliki sekitar seribu anggota, dengan hampir empat ratus di antaranya merupakan pembunuh bayaran profesional. Organisasi ini adalah asosiasi pembunuh bayaran terbesar di Jepang.

Kantor JAA cabang Kanto menjadi pusat layanan utama bagi para pembunuh bayaran, mulai dari manajemen, mediasi, hingga berbagai urusan lain. Bagian customer service selalu siaga menerima panggilan klien yang ingin menyewa jasa anggota JAA.

Mereka juga bertugas memperbaiki fasilitas publik yang rusak akibat misi, serta mengembangkan dan menciptakan senjata terbaru. Dengan kata lain, JAA cabang Kanto adalah jantung dari seluruh asosiasi JAA.

9. Slur & Gaku

Gaku mengayuh sepeda dengan Slur duduk di belakangnya. Mereka menuju kantor JAA cabang Kanto untuk mengukir sebuah peristiwa yang belum pernah tercatat dalam sejarah asosiasi pembunuh.

Sesampainya di sana, saat Gaku memarkir sepeda, seorang satpam JAA menghampiri mereka. Satpam itu menanyakan apakah Gaku dan Slur memiliki kartu pengunjung atau kartu identitas pegawai. Gaku menjawab bahwa ia tidak punya karena bukan anggota JAA.

Merasa mereka menyusup, satpam tersebut segera menodongkan pistol ke wajah Gaku sambil mengancam akan melenyapkan mereka berdua. Namun, Gaku langsung melayangkan pukulan telak yang membuat tubuh satpam berlubang dan tewas hanya dengan satu serangan.

Setelah itu, Gaku dan Slur berjalan menuju halaman pintu utama untuk memasuki kantor JAA. Dengan gugup, Slur mengaku sudah lama tidak berkunjung ke cabang Kanto; rasanya seperti kembali ke sekolah setelah liburan panjang.

Ketika mereka berdiri di depan pintu utama dan bersiap masuk, Slur menambahkan bahwa selangkah lagi mereka semakin dekat dengan “keadilan yang mulia” dengan menghancurkan JAA.

Post a Comment